Nama
Kelompok :
·
Rahmah
Mutiara
·
Builda
Abi A
·
Intan
Raissa
Hikayat
Seorang Kakek dan Seekor Ular
Pada
zaman dahulu, tersebutlah ada seorang kakek yang cukup disegani. Ia dikenal
takut kepada Allah, gandrung pada kebenaran, beribadah wajib setiap waktu,
menjaga shalat lima waktu dan selalu mengusahakan membaca Al-Qur’an pagi dan
petang. Selain dikenal alim dan taat, ia juga terknal berotot kuat dan berotak encer. Ia punya banyak
hal yang menyebabkan tetap mapu menjaga potensi itu.
Suatu
hari, ia sedang duduk di tempat kerjanya sumbari menghisap rokok dengan nikmatnya (sesuai kebiasaan masa itu).
Tangan kanannya memegang tasbih yang senantiasa berputar setiap waktu di
tangannya. Tiba-tiba seekor ular besar menghampirinya dengan tergopoh-gopoh.
Rupanya, ular itu sedang mencoba menghindar dari kejaran seorang laki-lakai
yang (kemudian datang menyusulnya) membawa tongkat.
“Kek,”
panggil ualr itu benar-benar memelas, “kakek kan terkenal suka menolong,
tolonglah saya, selamatkanlah saya agar tidak dibunuh oleh laki-laki yang
sedang menngjar saya itu. Ia pasti membunuh saya begitu berhasil menangkap
saya. tentunya kamu baik sekali jika mau membuka mulut lebar-lebar supaya saya
dapat bersembunyi di dalamnya. Demi Allah dan demi ayah kakek, saya mohon,
kabulkanlah permintaan saya ini.”
“Ulangi
sumpahmu sekali lagi,” pinta si kaek. “Takutnya, setelah mulutku kubukan kamu
masuk ke dalamnya dan selamat, budi baikku kamu balas dengan keculasan. Setelah
selamat, jangan-jangan kamu malah mencelaki saya.”
Ular mengucapkan sumpah
atas nama Allah bahwa ia takkan melakukan itu sekali lagi. Usai ular
mengucapkan sumaphnya, kakek pun membuka mulutnya sekira-kiranya dapat untuk
ular itu masuk.
Sejurus
kemudian, datanglah seorang pria dengan tongkat di tangan. Ia menanyakan
keberadaan ular yang hendak dibunuhnya itu. Kakek mengaku bahwa ia tak melihat
ular yang ditanyakannya dan tak tahu di mana ular itu berada. Tak berhasil
menemukan apa yang dicarinya pria itu pun pergi.
Setelah
pria itu pergi berada agak jauh, kakek lalu berbicara kepada ular “Kini, kamu
aman. Keluarlah dari mulutku, agar aku dapat pergi sekarang.”
Ular
itu hanya menyembulkan kepalanya sedikit, lalu berujar “Hmm, kamu mengira sudah
mengenali lingkunganmu dengan baik, bisa membedakan mana orang jahat dan mana
orang baik, mana yang berbahaya bagimu dan mana yang berguna. Padahal, kamu tak
tahu apa-apa. Kamu bahkan tak bisa membedakan antara makhluk hidup dan benda
mati.”
“Buktinya
kamu membiarkan saja musuhmu masuk ke mulutmu, padahal semua orang tahu bahwa
ia ingin membunuhmu setiap ada kesempatan. Sekarang kuberi kamu dua pilihan,
terserah kamu memilih yang mana; mau kumakan hatimu atau kumakan jantungmu?
Kedua-duanya sama-sama membuatmu sekarat.” Kontan ular itu mengancam.
“La
haula wa la quwwata illa billahi al’aliyyi al-‘azhim [tiada daya dan kekuatan
kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi dan Agung] (ungakapan geram), bukankah
aku telah menyelamatkanmu, tetapi sekarang aku pula yang hendak kau bunuh?
Terserah kepada Allah Yang Esa sajalah. Dia cukup bagiku, sebagai penolong
terbaik.” Sejurus kemudian kakek itu tampaknya terpaku, shok dengan kejadian
yang tak pernah ia duga sebelumnya, perbuatan baiknya berbuah penyesalan.
Kakek
itu akhirnya bersuara, “Sebejat apapun kamu, tentu kamu belum lupa pada
sambutanku yang bersahabat. Sebelum kamu benar-benar membunuhku, izinkan aku pergi
ke suatu tempat yang lapang. Di sana ada sebatang pohon tempatku biasa
berteduh. Aku ingin mati di sana supaya jauh dari keluargaku.”
Ular
mengabulkan permintaannya. Namun, di dalam hatinya, orang tua itu berharap, “Oh,
andai Tuhan mengirim orang pandai yang dapat mengeluarkan ular jahat ini dan
menyelamatkanku.”
Setelah
sampai dan bernaung di bawah pohon yang dituju, ia berujar pada sang ular. “Sekarang, silahkan lakukanlah
keinginanmu. Laksanakanlah rencanamu. Bunuhlah aku seperti yang kamu inginkan.”
Tiba-tiba
ia mendengar sebuah suara yang mengalun merdu tertuju padanya:
“Wahai
kakek yang baik budi, penyantun dan pemurah. Wahai orang yang baik rekam jejaknya, ketulusan dan niat
hatimu yang suci telah menyebabkan musuhmu dapat masuk ke dalam tubuhmu, sedangkan
kamu tak punya cara untuk mengeluarkannya kembali. Cobalah engkau pandang pohon
ini. Ambil daunnya beberapa lembar lalu makan. Moga Allah senantiasa
membantumu.”
Anjuran
itu kemudian ia amalkan dengan baik sehingga ketika keluar dari mulutnya ular
itu telah menjadi bangkai. Maka bebad dan selamatlah kakek itu dari bahaya
musuh yang mengancam hidupnya. Kakek itu girang bukan main sehingga berujar
“Suara siapakah yang tadi saya dengar sehingga saya dapat selamat?”
Suara
itu menyahut bahwa dia adalah seorang penolong bagi setiap pelaku kebajiakn dan
berhati mulia. Suara itu berujar, “Saya tahu kamu dizalimi, maka atas izin Zat
Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri (Allah) saya datang menyelamatkanmu.”
Kakek
bersujud seketika, tanda syukurnya kepada Tuhan yang telah memberi pertolongan
dengan mengirimkan seorang juru penyelamat untuknya.
1. Terjemahan
Pada
zaman dahulu, terdapat ada seorang kakek yang cukup dihormati. Ia dikenal takut
kepada Allah, tegila-gila pada kebenaran, beribadah setiap waktu, menjaga
shalat lima waktu dan selalu mengusahakan membaca Al-Qur’an pagi dan sore.
Selain dikenal alim dan taat, ia juga terknal kuat dan pintar. Ia punya banyak hal agar tetap
mapu menjaga potensi itu.
Suatu
hari, ia sedang duduk di tempat kerjanya sambil merokok dengan nikmatnya
(sesuai kebiasaan masa itu). Tangan kanannya memegang tasbih yang selalu
berputar setiap waktu di tangannya. Tiba-tiba seekor ular besar menghampirinya
dengan tergesa-gesa. Ternyata, ular itu sedang mencoba menghindari kejaran seorang
laki-lakai yang (kemudian menyusulnya) membawa tongkat.
“Kek,”
panggil ualr itu malang, “kakek kan terkenal suka menolong, tolonglah saya,
selamatkanlah saya agar tidak dibunuh oleh laki-laki yang sedang menngjar saya
itu. Ia pasti membunuh saya jika berhasil menangkap saya. tentunya kamu baik
sekali jika mau membuka mulutmu agar saya dapat bersembunyi di dalamnya. Demi
Allah dan demi ayah kakek, saya mohon, kabulkanlah permintaan saya.”
“Ulangi
sumpahmu sekali lagi,” pinta si kakek. “Takutnya, setelah aku membuka mulut,
kamu masuk ke dalamnya dan selamat, kebaikanku kamu balas dengan kecurangan.
Setelah selamat, jangan-jangan kamu justru mencelaki saya.”
Ular
mengucapkan sumpah atas nama Allah bahwa ia takkan melakukan itu. Usai ular
mengucapkan sumaphnya, kakek pun membuka mulutnya sekira-kiranya dapat untuk
ular itu masuk.
Sesaat
kemudian, datanglah seorang laki-laki dengan tongkat di tangan. Ia menanyakan
keberadaan ular yang hendak dibunuhnya itu. Kakek mengaku bahwa ia tak melihat
ular yang ditanyakannya. Tak berhasil menemukan apa yang dicarinya pria itu pun
pergi.
Setelah
pria itu pergi berjalan agak jauh, kakek berbicara kepada ular “Sekarang, kamu
aman. Keluarlah dari mulutku, agar aku dapat pergi sekarang.”
Ular
itu hanya mengeluarkan kepalanya sedikit, lalu berujar “Hmm, kamu mengira sudah
mengenali lingkunmu dengan baik, bisa membedakan mana orang jahat dan mana
orang baik, mana yang berbahaya bagimu dan mana yang berguna. Padahal, kamu tak
tahu apa-apa. Kamu bahkan tak bisa membedakan antara makhluk hidup dan benda
mati.”
“Buktinya
kamu membiarkan saja musuhmu masuk ke mulutmu, padahal semua orang tahu bahwa
ia ingin membunuhmu setiap ada kesempatan. Sekarang kuberi kamu dua pilihan;
mau kumakan hatimu atau kumakan jantungmu? Kedua-duanya sama-sama membuatmu
sekarat.” Tiba-tiba ular itu
mengancam.
“La
haula wa la quwwata illa billahi al’aliyyi al-‘azhim [tiada daya dan kekuatan
kecuali bersama Allah yang Maha Tinggi dan Agung] (ungakapan geram), bukankah
aku telah menyelamatkanmu, tetapi sekarang aku juga yang akan kau bunuh? Terserah
kepada Allah Yang Esa saja. Dia cukup bagiku, sebagai penolong terbaik.” Sesaat
kemudian kakek itu tampak terdiam, terkejut dengan kejadian yang tak pernah ia sangka
sebelumnya, perbuatan baiknya berbuah penyesalan.
Kakek
itu akhirnya berbicara, “Sejahat apapun kamu, tentu kamu belum lupa pada
sambutanku yang bersahabat. Sebelum kamu benar-benar membunuhku, izinkan aku pergi
ke suatu tempat yang luas. Di sana
ada sebatang pohon tempatku biasa berteduh. Aku ingin mati di sana supaya jauh
dari keluargaku.”
Ular
mengabulkan permintaannya. Namun, di dalam hatinya, kakek itu berharap, “Oh,
andai Tuhan mengirimkan orang pandai yang dapat mengeluarkan ular jahat ini dan
menyelamatkanku.” Setelah sampai dan bernaung di bawah pohon, ia berkata pada ular.
“Sekarang, silahkan lakukanlah keinginanmu. Laksanakanlah rencanamu. Bunuh aku
seperti yang kau inginkan.”
Tiba-tiba
ia mendengar sebuah suara yang terdengar merdu kepadanya: “Wahai kakek yang
baik budi, penyantun dan pemurah. Wahai orang yang baik merekam jejaknya,
ketulusan dan niat hatimu yang suci telah menyebabkan musuhmu dapat masuk ke
dalam tubuhmu, sedangkan kamu tak punya cara untuk mengeluarkannya kembali. Cobalah
engkau pandang pohon ini. Ambil daunnya beberapa lembar lalu makan. Semoga
Allah senantiasa membantumu.”
Anjuran
itu kemudian ia lakukan dengan baik sehingga ketika keluar dari mulutnya ular
itu telah menjadi bangkai. Maka bebas dan selamatlah kakek itu dari bahaya
musuh yang mengancam hidupnya. Kakek itu girang bukan main sehingga berkata
“Suara siapakah yang tadi saya dengar sehingga saya dapat selamat?”
Suara
itu menyahut bahwa dia adalah seorang penolong bagi orang yang berbuat kebajiakan
dan berhati mulia. Suara itu berujar, “Saya tahu kamu dizalimi, maka atas izin Allah
saya datang menyelamatkanmu.” Kakek bersujud sesaat, tanda syukurnya kepada
Tuhan yang telah memberi pertolongan dengan mengirimkan seorang penyelamat
untuknya.
2. Unsur Intrinsik
Tema : Balasan amal baik
Aalur : Maju
Tokoh dan sifat :
-
Kakek : Taat beragama, baik
hati, suka menolong, pintar, dan kuat.
-
Seekor Ular : Pembohong, suka berbuat
curang, jahat.
-
Seorang Pemuda : Jahat.
Latar :
-
Waktu : Suatu hari
-
Temtat : Tenpat kerja sang Kakek, suatu tempat yang
lapang dan dibawah pohon.
Amanat : Selalu berbuat baiklah kepada setiap makhluk ciptaan-Nya maka
kita akan mendapat kebaikan juga dan serahkan setiap masalah kepada-Nya maka
kita akan mendapatkan jalan keluar dari masalah tersebut
3. Kata-Kata yang
Unik
Tersebutlah :
Terdapat
Disegani :
Ditakuti
Gandrung :
Tergila-gila
Petang : Sore
Beotot kuat :
Kuat
Berotak encer : Pintar
Sumbari :
Sambil
Senantiasa :
Selalu
Tergopoh-gopoh : Tergesa-gesa
Rupanya :
Ternyata
Memelas : Malang
Budi baik : Kebaikkan
Keculasan : Kecurangan
Sejurus kemudian : Sesaat kemudian
Kini : Sekarang
Menyembulkan : Mengeluarkan
Kontan : Tiba-tiba
Pula : Juga
Hendak :
Akan
Terpaku : Terdiam
Shok : Terkejut
Duga :
Sangka
Bersuara :
Berbicara
Sebejat :
Sejahat
Berujar :
Berkata
Mengalun :
Terdengar
Tertuju : Kepada
Amalkan :
Lakukan
Setiap pelaku :
Orang
Seketika :
Sesaat
4. Kesamaan Dengan
Kehidupan
Terdapat seorang yang
alim, taat beragama namun sering dizalimi oleh orang yang jahat.
Terdapat orang yang
menyerahkan segala sesuatunya kepada sang pencipta.
Adanya kepercayaan
terhadap suara suara ghaib.
4 opini:
tolong dipaparkan karakteristiknya
Tolong dong carikan ada tidak sih yang mustahil dari cerita tersebut
Majas nya mna?
Tolong carikan katanya mustahilnya
Posting Komentar