[Tugas B.Indo] Cerita Rakyat - Karina Angki S

24/11/13

MALIN KUNDANG
CERITA RAKYAT PADANG, SUMATERA BARAT

Pada suatu waktu, di desa terpencil ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.

Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Ditengah kekacauan itu, diwaktu yang sama dan tempat yang lain ibu Malin Kundang sedang berdoa. Karena kemarahannya yang memuncak, ia pun berteriak "Tuhan! Jika benar ia Malin anakku, KUKUTUK DIA JADI BATU!"
Tepat setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.


1.      Hal – hal menarik dalam cerita :

-          Kutukan dari seorang ibu yang dapat mengubah anaknya jadi batu
-          Batu karang yang berada di pinggir pantai pada zaman dulu masih terlihat utuh sampai saat ini

2.      Amanat

Janganlah menjadi anak yang durhaka dan sombong, selalu sayangi orang tuamu terutama ibumu, karena merekalah yang selalu menyayangi kita dari kecil hingga kini, dan jangan pernah membuat mereka marah karena dalam agama kemarahan seorang ibu adalah kemarahan Allah, jika kita melanggarnya maka dosa.

3.      Cerita rakyat yang mirip dengan Malin Kundang : “Si Tanggang” dari Melayu

·         Pada awalnya Malin Kundang dan Si Tanggang sama-sama berasal dari keluarga miskin yang tinggal di pinggir pantai
·         Sama-sama berlabuh dengan kapal untuk mencapai keinginan mereka yaitu menjadi kaya
·         Terdampar di sebuah pulau dan bekerja keras hingga mempersunting seorang putri
·         Kembali ke tempat asalnya dan durhaka (tidak mengakui) ibunya hingga dikutuk jadi batu

Sebetulnya, terdapat beberapa cerita juga yang isinya sama dengan Malin Kundang dan Si Tanggang yaitu  Jong Batu di Brunei dan Batu Caves di Malaysia.

4.      Perbandingan antara cerita Malin Kundang dengan kehidupan nyata :

Seorang anak pasti ingin membantu orangtuanya yang sedang kesusahan, akan tetapi ketika seorang anak telah meraih kesuksesan biasanya mereka lupa orangtuanya yang telah memberikan kasih sayang dan merawatnya sejak lahir, dari cerita ini dan kehidupan nyata tidak sedikit juga anak yang selalu merasa bahwa kesuksesannya adalah jerih payahnya sendiri, mungkin itu benar-benar hasil jerih payahnya akan tetapi perlu diingat bahwa dibalik kesuksesannya ada doa dan kasih sayang orangtua yang mengiringinya, jerih payah itu tidak ada hasilnya/berakhir dengan kegagalan jika seorang anak tidak mendapatkan doa dan kasih sayang dari orangtuanya yang tulus.



0 opini:

Posting Komentar