[Tugas B.Indo] Cerita Rakyat - Violine Andita

24/11/13

Malin Kundang
Berasal dari Sumatra Barat

Alkisah di suatu masa, hiduplah sebuah keluarga miskin di Sumatra Barat. Demi menafkahi keluarganya, sang ayah pergi melaut namun tak kunjung pulang. Kabar mengenai kematiannya pun menjadi desas-desus yang kemungkinan besar telah terjadi. Mendengar kabar demikian, tentu saja, sang istri gundah-gulana. Dia sedih memikirkan bagaimana nasib Malin Kundang, putra semata wayangnya di kemudian hari.

Namun, hidup harus terus move on, show must go on. Ibu Malin Kundang tidak bisa terus sedih dan berpangku tangan. Pada akhirnya, dia memilih bekerja keras. Kehidupan ibu anak itu tidak kunjung membaik. Hasil yang didapat sang ibu hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Demi melihat ibunya yang banting tulang setiap harinya, Malin Kundang ingin membantunya. Dia meminta izin ibunya untuk berlayar.

Ibu Malin Kundang pun melarangnya karena pengalaman ayahnya yang tak kunjung pulang. Kekerasan hati sang anaklah yang membuat, sang ibu luluh dan mengizinkannya.

Malin Kundang segera berangkat berlayar dengan mengantongi restu dari ibunya. Di atas kapal, dia banyak belajar dari juragannya saudagar kapal. Hal ini membuat Malin semakin lihai dengan seluk-beluk kapal dan perniagaan. 
Waktu demi waktu terus berlalu. Malin Kundang belum pulang juga ke kampung halamannya. Sebetulnya, dia ingin pulang menemui ibunya di kampung halaman, dan dia minta izin kepada juragannya untuk mudik. Dan diperbolehkan.

Ketika Malin Kundang hendak pulang ke kampung, kapal sang juragan dicegat oleh para perompak. Seluruh awak dibantai. Seluruh harta dirampas. Beruntung bagi Malin saat itu bersembunyi sehingga lolos dari pembantaian. 
Dia akhirnya terdampar di suatu pulau. Di sana, dia bekerja keras hingga jadi juragan. Anak buahnya banyak. Hartanya tak terbilang. Dan dia pun menikahi seorang gadis yang menjadi pujaan hatinya.

Dia sudah lupa pada niatnya pulang ke kampung halaman untuk menemui ibunya. Namun, sebuah pertemuan memang sungguh unik.

Maling Kundang harus pergi ke kampung halamannya untuk urusan perniagaan bersama istri dan anak buahnya. Tentu saja, di sana, dia bertemu dengan ibunya.

Melihat Malin Kundang, ibunya yang sudah bertambah tua segera menghampirinya. "Malin, Malin, oh Malin, akhirnya kau pulang nak," kata ibunya sambil memeluk anak semata wayangnya.

Apa reaksi Malin Kundang?

Dia menghardik dan mendorong ibunya hingga tersungkur. Sebetulnya, Malin Kundang mengenali ibunya. Namun rasa malu terhadap istri dan anak buahnya membuatnya enggan mengakui wanita yang terjatuh itu sebagai ibunya. 
"Siapa dia Malin?" tanya istrinya.

"Aku tidak mengenalnya. Dia hanya wanita hina," kata Malin.

Setelah menyelesaikan urusannya Malin Kundang segera pergi dari kampung halamannya. Hatinya sudah mengeras menjadi batu. Bersama istri dan anak buahnya, dia pergi berlayar kembali.

Ibunya yang telah ditinggal pergi oleh anaknya sedih. Bahkan dia sampai menitikkan air mata. Dalam hati, dia berdoa supaya Malin Kundang menjadi batu.

Seketika itu juga langit menjadi mendung, kilat menyambar-nyambar, hujan turun dengan derasnya. Kapal Malin Kundang yang tengah ada di lautan lepas terhuyung-huyung dan akhirnya kandas menabrak karang. Jasad Malin terombang-ambing hingga ke pantai.

Saat itulah terjadi keajaiban. Dia perlahan-lahan berubah menjadi batu. Dan batu itu dikenal sebagai Batu Malin Kundang.


Hal-hal menarik/unik            :

1.      Seorang anak bisa berubah menjadi batu

Amanat                       :

1.      Janganlah durhaka pada orang tua

Cerita lain yang mirip           : Si Tanggang (Malaysia)

Malin Kundang
Si Tanggang
1. Malin Kundang tinggal di pesisir Sumatra
1. Si Tanggang tinggal di tepi pantai
2. Malin Kundang berpisah dengan ibunya saat mulai berlayar
2. Si Tanggang berpisah dengan keluarganya saat mulai berlayar
3. Malin Kundang tidak mau mengakui ibunya saat menjadi orang kaya
3. Si Tanggang tidak mau mengakui ibunya saat menjadi orang kaya
4. Semua harta Malin Kundang termasuk dirinya dikutuk menjadi batu
4. Semua harta Si Tanggang termasuk dirinya dikutuk menjadi batu

Perbandingan cerita dengan kehidupan sehari-hari         :


Dalam cerita ini, terkadang setiap kita sukses dalam suatu hal, pasti kita akan menjadi sombong dan lupa dengan orang tua. Maka dari itu, jangan pernah durhaka pada orang tua karena orang tualah sumber dari kesuksesan kita.

0 opini:

Posting Komentar