[Tugas B.Indo] Cerita Rakyat - Putri Rieza Chaniago

28/11/13

PANGERAN BIAWAK
Cerita Rakyat Kalimantan Selatan

Dahulu di pedalaman Kalimatan Selatan ada sebuah kerajaan. Rakyat kerajaan itu hidup dengan kemakmuran yang melimpah, tenang , tentram, dan damai karena kerajaan itu di perintahkan oleh seorang raja yang adil dan bijaksana.

Raja mempunyai 7 orang putri, semuanya belum bersuami. Lalu raja mengadakan sayembara. Barang siapa dapat membangun istana megah di seberang sungai maka merekalah yang akan memperoleh kesempatan menjadi menantunya.
Pengumuman pun di sebar ke pelosok negeri. Hasilnya luar biasa. Ada enam orang pangeran yang menyanggupi permintaan raja. Keeman pemuda itu bekerja keras siang dan malam, hasilnya luar biasa. Dalam tempo yang tidak terlalu lama berdirilah sebuah istana yang megah disebrang sungai, lengkap dengan isinya dan tanah lapang yang mengelilinginya.
Karena istana tersebut letaknya berada diseberang sungai. Raja mengadakan sayembara kembali untuk dibuatkan jembatan agar orang yang hendak ke sana tidak usah naik perahu cukup berjalan kaki saja. Namun sungguh aneh hingga berhari – hari tidak ada seorang pun yang menyanggupi sayembara itu.
Tiba – tiba entah dimana datangnya ada seorang nenek tua dan seekor biawak hadir di ruang persidangan.
“Hamba meminang putri Paduka untuk anak hamba”kata perempuan tua tersebut.
“Apa?”, teriak sang Raja kaget.
“Benar paduka, biarpun kami dari keluarga miskin kami sanggup mengikuti sayembara itu.” kata perempuan tua itu dengan mantap.
“Oh, ya tidak masalah. Sayembara ini terbuka untuk siapa saja kaya miskin, tampan jelek tidak masalah, kami tidak memandang rupa.” kata sang Raja.
“Benarkah paduka tidak memandang rupa?” Tanya peremuan tua tersebut.
“Benar ucapanku adalah jaminan. Pantang bagi raja menjilat ludah sendiri. Tetapi perlu kau ingat bila anakmu gagal maka akan diberi hukuman pancung.” tegas sang Raja.
“Nah, anakku Kau sudah mendengar sendiri perkataan sang raja tadi.” kata perempuan itu kepada anaknya.
Tak disangka biawak yang diajak bicara tidak lain adalah anaknya sendiri. Semua orang yang berada di ruang persidangan menjadi kaget. Tidak disangka jika anak yang dimaksud perempuan itu adalah biawak itu. Mereka semua mengira bahwa anaknya berada di rumah.
Sepeninggal nenek tua lalu raja memanggil tujuh orang putrinya untuk diajak bermusyawarah. Masing – masing ditanya satu – satu siapa yang mau dipinang oleh seekor biawak. Enam putri menolak mentah – mentah tinggal satu orang putri yang belum menjawab yaitu si putri bungsu. Kini sang ibu permaisuri menegaskan untuk bertanya kembali. Si putri bungsu itu langsung menjawab “Ucapan raja pantang ditarik kembali. Demi kehormatan ayahanda selaku raja negeri ini, saya sanggup menerima pinangan Biawak itu.”
Permaisuri langsung jatuh pingsan karena jawaban dari putri bungsu tersebut. Keenam putri yang lain terheran – heran. Keesokan harinya semua orang kaget ternyata biawak itu sudah menyelesaikan perkerjaan bahkan ia mampu menyelesaikannnya dalam tempo kurang dari satu malam.
Raja pun kemudian menempati janjinya untuk disandingkan dengan calon menantunya. Keenam pasangan tersebut terlihat serasi kecuali hanya satu pasangan saja yaitu si putri bungsu yang cantik bersanding dengan seekor biawak.
Pada saat malam hari tiba, keenam pasangan terdengar tersebut terdengar canda tawa. Namun hanya kamar putri bungsu saja yang tidak terdengar canda ria seperti halnya yang lain. Ketika malam semakin larut Putri bungsu semakin mengantuk, biawak yang menjadi suaminya ditinggal begitu saja di sudut kamar. Ia segera tertidur pulas. Namun ditengah malam ia terjaga, ia kaget bukan kepalang disampingnya telah terbaring seorang pemuda tampan.
Ia menekik sekuat – kuatnya. Para pengawal istana segera memeriksa ke dalam kamar putri bungsu namun setelah dijumpai tidak ada satu pun yang dilihat kecuali seekor biawak tersebut.
Lalu semua pengawal pergi karena menganggap sudah aman. Namun Putri Bungsi masih terheran – heran. Ia yakin sedang tidak bermimpi.  Tapi ia bingung kemana perginya pemuda tampan itu.
Pada malam ketiga sebelumnys putrid untuk tidak tidur pada siang harinya denagn pulas agar nanti malam bisa banging dengan berpura – pura tidur dengan nyenyak. Ternyata benar tidak lama kemuadian terasa ada benda berat merebahkan diri disampingnya. Putri bungsu segera membalik. Benar saja pemuda yang dua malam berturut –turut hadir dikamarnya kini malah makin berani mendekatinya.
Dengan mata beringas putrid bungsu berkata, “Hai lelaki asing! Sungguh kau tidak tau malu, beranimasuk ke kamar orang,walau sumiku seekor binatang, ia lebih baik dibandingkan kau yang tidak tau tatakrama.”
Habis memaki – maki putri bungsu langsung menusukkan pisau ke arahnya tiba- tiba dengan mudahnya lelaki itu menangkisnya sehingga pisau itu terlempar ke lantai. Kini sang putri malah berada di rangkulan ketat si pemuda tampan itu.
“Sabar istriku sebenarnya aku adalah suamimu sendiri karena waktu itu ada beberapa hal akhirnya aku dikutuk oleh dewa sehingga menjadi seekor biawak.”
Putri bungsu langsung mengangguk – angguk mendengar penuturan lelaki itu ketika rangkulan pemuda itu dilepaskan. Putri bungsu segera melompat ke sudut kamar, disana ia menemukan kulit biawak. Sarungan yang biasa dimasuki suaminya itu segera dibawa keluar istana. Lau dibakar samapai hangus musnah. Lalu ia kembali ke kamarnua lagi. Disana ia mendapati  seorang perjaka tampan yang lagi gerah, karena sarungan yang biasa dia pakai kini hangus terbakar, selanjutnya ia pulih seperti sedia kala.
Keajaiban itu membuat iri keenam saudaranya. Hampir bersamaan mereka menyuruh suaminya untuk berdagang yang jauh. Lalu mereka memelihara seekor biawak liar di dalam kamarnya. Mereka berharap kejadian serupa yang dialami adiknya.
Tapi apa yang terjadi? Di malam pertama mereka sudah menjeri –jerit kesakitan karena di gigit oleh biawak air liar tersebut. Akhirnya biwak itu dibuang ke sungai.
Esok harinya mereka bersama – samamenemui adik mereka yang tercinta yaitu si Putri Bungsu. Mereka merangkul adiknya dengan penuh rasa haru. Mereka sadar bahwa adakinya itu bersuamikan biawak bukan karena keinginan sendiri melainkan demi berbakti dan menjaga kehormatan ayahhandanya. Niat tulus itu akhirnya membuahkan nasib yang baik dan membahagiakan Putri Bungsu.


Hal yang menarik :
1.     Seekor Biawak yang ingin meminang seorang putri raja
2.    Seekor Biawak dapat membangun jembatan dalam waktu kurang dari 1 malam
3.    Seorang Putri Raja yang cantik rela menerima pinangan seekor biawak demi kehomatan ayahnya
4.    Seekor Biawak dapat berubah menjadi seorang lelaki tampan
5.    Putri bungsu memaki seorang lelaki asing yang berada di kamarnya dengan menunjukkan kehormatannya pada suaminya.
6.    Keenam saudara putri bungsu merawat biawak liar, dan mereka di gigit hewan liar tersebut.

Amanat/Pesan/Nasihat :
1.     Jangan meremehkan orang lain
2.    Tepatilah janjimu
3.    Jagalah kehormatan keluargamu
4.    Jagalah kehormatanmu
5.    Terimalah segala kekurangan yang dimiliki orang lain, terutama pasanganmu
6.    Niat yang tulus membuahkan hasil yang baik.

CERITA YANG SERUPA DENGAN PANGERAN BIAWAK

PANGERAN KODOK
Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar. Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur. Dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali. Hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.
Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi. Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada hyang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,
"Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu."
Dan ketika putri raja tersebut melihat dari mana sumber suara tersebut berasal, tidak ada seseorang pun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.
"Oh, kamu kah yang berbicara?" kata sang putri. "Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur."
"Jangan khawatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu, tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?"
"Apapun yang kamu inginkan," katanya. "Pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."
"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab sang kodok. "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu,  jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu."
"Ya tentu," jawab sang putri raja. "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku."
Tetapi putri raja tersebut berpikir,  "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang."
Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam ari dan mulai menyelam turu, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.
Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.
"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok; "bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!"
Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.
Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"
Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,
"Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?"
"Oh.. tidak," jawabnya; "tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."
"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.
"Oh papa," jawabnya, "ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku. Sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."
Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,
"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"
"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja.  "Sekarang biarkanlah dia masuk."
Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."
Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi.
"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama."
Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.
"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."
Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,
"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."
Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu."
Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,
"Diamlah kamu kodok jelek!"
Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.
Dengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin patah!", tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini".
Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.


MEMBANDINGKAN DENGAN KEHIDUPAN NYATA
Sewaktu saya SMP, beberapa teman laki – laki di kelas saya sering megucapkan kata – kata yang tidak sepantasnya untuk diucapkan. Sebagian dari mereka juga suka menggoda dan berkata yang tidak layak kepada perempuan. Tetapi mereka tidak pernah berani dan selalu menjaga ucapan mereka jika sedang bertemu saya dan beberapa teman saya yang lain. Karena mereka mengerti bahwa saya dan teman – teman saya sangat menjaga kehormatan sebagai seorang perempuan. Jika kita menjaga kehormatan kita, orang lain pun pasti akan menjaganya.

Mereka merupakan salah satu murid yang dicap jelek oleh guru – guru. Saya dan teman – teman saya tahu, pasti sulit membuat guru bisa menerima perilaku mereka, dan membuat suasana belajar di kelas jadi menyenangkan. Kami tidak pernah merasa menyesal dan menerima kekurangan mereka sebagai teman sekelas. Kami mencoba membuat perjanjian dengan mereka, dan melakukan hal yang membuat mereka nyaman dengan perjanjian itu. Dengan begitu mereka pun merasa bahwa perilaku buruk mereka tidak pantas dilakukan selama mereka di kelas, demi menghargai teman – teman yang lain. Jadi sangat penting bagi kita untuk menjaga kehormatan, dan bisa menerima kekurangan orang lain dengan tulus.

0 opini:

Posting Komentar