[Tugas B.Indo] Cerita Rakyat - Shinta Metta N

24/11/13

Shinta Metta N.

Batu Menangis
Cerita Rakyat Kalimantan

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai perilaku yang amat buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari
Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti. Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.
Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.
Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku!"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakku!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.
Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu berdoa.
"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya Tuhan, hukumlah anak durhaka ini! Hukumlah dia!"
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.
“Oh Ibu, ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini. Ibu, ampunilah anakmu ini!" Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut "Batu Menangis".
Hal-hal Menarik Dalam Cerita
1. Seorang anak yang dikutuk menjadi batu
2. Batu kutukan tersebut bisa menangis

Amanat Dalam Cerita

Jangan pernah menyakiti hati orang tua terutama ibu, karena seorang anak tidak akan pernah luput dari jasanya sampai kapanpun.

Perbandingan dengan Cerita Lain yang Mirip dengan Cerita

1. Batu Menangis
                - Mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya
                - Anak tersebut menganggap ibunya sebagai budak
                - Sang ibu mengutuk anaknya menjadi batu
                - Sampai sekarang batu tersebut terlihat seperti menangis
2. Malin Kundang
                - Mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka kepada ibunya
                - Anak tersebut menganggap ibunya sebagai pengemis tua dan menghardiknya dengan kasar
                - Sang ibu mengutuk anaknya menjadi batu
                - Wujud batu tersebut menyerupai orang yang sedang bersujud

Perbandingan dengan Kehidupan Sehari-hari


Sebagai seorang anak (baik disengaja maupun tidak), tentunya pasti pernah melakukan hal yang tidak menyenangkan terhadap orang tua terutama ibu. Cerita tersebut mendidik para pembaca agar senantiasa menyayangi dan mengasihi orang tua mereka terutama ibu, karena seorang anak bukanlah apa-apa tanpa orang tua mereka.

0 opini:

Posting Komentar