Nama
: Narosa Mayrizqa Sanyani
Kelas : x.CI 2
Kelas : x.CI 2
Semangka Emas
Cerita Rakyat Kalimantan Barat
Pada
zaman dahulu kala, di Sambas hiduplah seorang saudagar yang kaya raya. Saudagar
tersebut mempunyai dua orang anak laki-laki. Anaknya yang sulung bernama
Muzakir, dan yang bungsu bernama Dermawan. Muzakir sangat loba dan kikir.
Setiap hari kerjanya hanya mengumpulkan uang saja. Ia tidak perduli kepada
orang-orang miskin. Sebaliknya Dermawan sangat berbeda tingkah lakunya. Ia
tidak rakus dengan uang dan selalu bersedekah kepada fakir miskin.
Sebelum
meninggal, saudagar tersebut membagi hartanya sama rata kepada kedua anaknya.
Maksudnya agar anak-anaknya tidak berbantah dan saling iri, terutama bila ia
telah meninggal kelak.
Muzakir
langsung membeli peti besi. Uang bagiannya dimasukkan ke dalam peti tersebut,
lalu dikuncinya. Bila ada orang miskin datang, bukannnya ia memberi sedekah,
melainkan ia tertawa terbahak-bahak melihat orang miskin yang pincang, buta dan
lumpuh itu. Bila orang miskin itu tidak mau pergi dari rumahnya, Muzakir memanggil
orang gajiannya untuk mengusirnya. Orang-orang miskin kemudian berduyun-duyun
datang ke rumah Dermawan.
Dermawan
selalu menyambut orang-orang miskin dengan senang hati. Mereka dijamunya makan
dan diberi uang karena ia merasa iba melihat orang miskin dan melarat. Lama
kelamaan uang Dermawan habis dan ia tidak sanggup lagi membiayai rumahnya yang
besar. Ia pun pindah ke rumah yang lebih kecil dan harus bekerja. Gajinya tidak
seberapa, sekedar cukup makan saja. Tetapi ia sudah merasa senang dengan
hidupnya yang demikian. Muzakir tertawa terbahak-bahak mendengar berita
Dermawan yang dianggapnya bodoh itu. Muzakir telah membeli rumah yang lebih
bagus dan kebun kelapa yang luas. Tetapi Dermawan tidak menghiraukan tingkah
laku abangnya.
Suatu
hari Dermawan duduk-duduk melepaskan lelah di pekarangan rumahnya. Tiba-tiba
jatuhlah seekor burung pipit di hadapannya. Burung itu mencicit-cicit kesakitan
“Kasihan,” kata Dermawan. “Sayapmu patah, ya?” lanjut Dermawan seolah-olah ia
berbicara dengan burung pipit itu. Ditangkapnya burung tersebut, lalau
diperiksanya sayapnya. Benar saja, sayap burung itu patah. “Biar kucoba
mengobatimu,” katanya. Setelah diobatinya lalu sayap burung itu dibalutnya
perlahan-lahan. Kemudian diambilnya beras. Burung pipit itu diberinya makan.
Burung
itu menjadi jinak dan tidak takut kepadanya. Beberapa hari kemudian, burung itu
telah dapat mengibas-ngibaskan sayapnya, dan sesaat kemudian ia pun terbang.
Keesokan harinya ia kembali mengunjungi Dermawan. Di paruhnya ada sebutir biji,
dan biji itu diletakkannya di depan Dermawan. Dermawan tertawa melihatnya. Biji
itu biji biasa saja. Meskipun demikian, senang juga hatinya menerima pemberian
burung itu. Biji itu ditanam di belakang rumahnya.
Tiga
hari kemudian tumbuhlah biji itu. Yang tumbuh adalah pohon semangka. Tumbuhan
itu dipeliharanya baik-baik sehingga tumbuh dengan subur. Pada mulanya Dermawan
menyangka akan banyak buahnya. Tentulah ia akan kenyang makan buah semangka dan
selebihnya akan ia sedekahkan. Tetapi aneh, meskipun bunganya banyak, yang
menjadi buah hanya satu. Ukuran semangka ini luar biasa besarnya, jauh lebih
dari semangka umumnya. Sedap kelihatannya dan harum pula baunya. Setelah masak,
Dermawan memetik buah semangka itu. Amboi, bukan main beratnya. Ia
terengah-engah mengangkatnya dengan kedua belah tangannya.
Setelah
diletakkannya di atas meja, lalu diambilnya pisau. Ia membelah semangka itu.
Setelah semangka terbelah, betapa kagetnya Dermawan. Isi semangka itu berupa
pasir kuning yang bertumpuk di atas meja. Ketika diperhatikannya sungguh-sungguh,
nyatalah bahwa pasir itu adalah emas urai murni. Dermawan pun menari-nari
karena girangnya. Ia mendengar burung mencicit di luar, terlihat burung pipit
yang pernah ditolongnya hinggap di sebuah tonggak. “Terima kasih! Terima
kasih!” seru Dermawan. Burung itu pun kemudian terbang tanpa kembali lagi.
Keesokan
harinya Dermawan memberli rumah yang bagus dengan pekarangan yang luas sekali.
Semua orang miskin yang datang ke rumahnya diberinya makan. Tetapi Dermawan
tidak akan jatuh miskin seperti dahulu, karena uangnya amat banyak dan hasil
kebunnya melimpah ruah. Rupanya hal ini membuat Muzakir iri hati. Muzakir yang
ingin mengetahui rahasia adiknya lalu pergi ke rumah Dermawan. Di sana Dermawan
menceritakan secara jujur kepadanya tentang kisahnya.
Mengetahui
hal tersebut, MUzakir langsung memerintahkan orang-orang gajiannya mencari
burung yang patah kaki atau patah sayapnya di mana-mana. Namun sampai satu
minggu lamanya, seekor burung yang demikian pun tak ditemukan. MUzakir sungguh
marah dan tidak dapat tidur. Keesokan paginya, Muzakir mendapat akal.
Diperintahkannya seorang gajiannya untuk menangkap burung dengan apitan. Tentu
saja sayap burung itu menjadi patah. Muzakir kemudian berpura-pura kasihan
melihatnya dan membalut luka pada sayap burung. Setelah beberapa hari, burung
itu pun sembuh dan dilepaskan terbang. Burung itu pun kembali kepada Muzakir
untuk memberikan sebutir biji. Muzakir sungguh gembira.
Biji
pemberian burung ditanam Muzakir di tempat yang terbaik di kebunnya. Tumbuh
pula pohon semangka yang subur dan berdaun rimbun. Buahnya pun hanya satu,
ukurannya lebih besar dari semangka Dermawan. Ketika dipanen, dua orang gajian
Muzakir dengan susah payah membawanya ke dalam rumah karena beratnya. Muzakir
mengambil parang. Ia sendiri yang akan membelah semangka itu. Baru saja
semangka itu terpotong, menyemburlah dari dalam buah itu lumpur hitam bercampur
kotoran ke muka Muzakir. Baunya busuk seperti bangkai. Pakaian Muzakir serta
permadani di ruangan itu tidak luput dari siraman lumpur dan kotoran yang
seperti bubur itu. Muzakir berlari ke jalan raya sambil menjerit-jerit. Orang
yang melihatnya dan mencium bau yang busuk itu tertawa terbahak-bahak sambil
bertepuk tangan dengan riuhnya.
Hal-hal yang menarik yang terdapat pada cerita rakyat “Semangka Emas” :
· Adanya semangka yang isinya bukan buah tetapi butiran emas.
· Adanya semangka yang berisikan kotoran dan lumpur hitam.
Amanat dari cerita tersebut : Jadilah orang yang dermawan, karena suatu saat akan
mendapatkan imbalan yang baik. Dan, jangan pernah menjadi orang yang sombong,
iri, dan dengki karena suatu saat akan mendapatkan imbalan yang buruk.
Menemukan cerita lain yang mirip : menurut saya cerita ini memiliki kemiripan dengan
“Timun Mas”. Pada cerita “Timun Mas” , timun tersebut berisikan seorang bayi
sedangkan pada cerita “Semangka Mas”, semangka tersebut berisikan
butiran-butiran emas.
Membandingkan dengan kehidupan sehari-hari : Banyak orang yang suka iri dengan orang lain yang
mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari dia, dan pada akhirnya orang yang iri
tersebut melakukan hal yang sama agar mendapatkan sesuatu yang lebih baik juga.
Namun ada yang berhasil karena niat yang baik tetapi ada juga yang berkebalikan
karena memiliki niat yang tidak sesuai. Di kehidupan sehari-hari saya, saya
pernah mengalaminya tetapi karena saya memiliki niat yang baik (insyaallah)
maka saya mendapatkan hasil yang baik juga.
0 opini:
Posting Komentar